Di tengah kesan tabu membicarakan seks, pendidikan seks justru diperlukan untuk menunjang tumbuh kembang anak. Survei terbaru bahkan mengungkap bahwa pendidikan seks di sekolah tidak cukup.
Survei dilakukan Brook, lembaga amal terbesar untuk kesehatan seksual masyarakat, terhadap 2.000 anak usia 14-18 tahun. Hasilnya, 47 persen murid menilai pendidikan seks dan hubungan lawan jenis tidak memenuhi rasa keingintahuan mereka.
Survei menemukan kurangnya pendidikan seks di sekolah dan rumah. Sebanyak 81 persen remaja mendapatkan informasi seputar seks dari teman dan internet. Hanya enam persen di antara mereka yang mengaku mendapatkan banyak hal dari pendidikan seks di sekolah.
Menurut survei, hal ini terjadi karena kurangnya dukungan atas pendidikan seks dan kurangnya kualitas guru.
"Anak muda memerlukan informasi yang benar tentang seks. Namun, mereka mendapatkan informasi dari sumber-sumber yang belum tentu benar, bukan dari pakarnya. Yang lebih mengkhawatirkan mereka mendapatkan informasi tersebut dari situs porno," ujar Kepala Eksekutif Brook, Jules Hillier.
Survei ini juga menunjukkan beberapa beberapa mitos yang salah dan berkembang di kalangan remaja. Seperti, wanita tidak akan hamil jika pria menarik diri sebelum ejakulasi, wanita tidak akan hamil jika
mereka sedang dalam siklus haid, wanita tidak akan hamil jika mereka melakukan seks dengan posisi berdiri, wanita juga tidak akan hamil jika hubungan intim tersebut adalah yang pertama bagi wanita.
Tak hanya itu, mereka juga salah mendengar dari teman mereka bahwa penularan virus HIV hanya terjadi jika mereka melakukan hubungan seks dengan sesama jenis. "Belajar seks adalah belajar ketrampilan hidup yang krusial. Dengan mebiarkan anak remaja keluar rumah dengan informasi yang salah, maka kita menjerumuskan mereka," ujarnya.
Di Indonesia, pendidikan seks masih dalam batas tabu. Masih banyak orangtua yang tidak nyaman memberikan informasi penting seputar seks. Sekolah pun hanya memberikan informasi sekadarnya karena kurangnya tenaga ahli.
Padahal banyak kasus hamil di luar nikah atau pemerkosaan oleh anak remaja, serta aborsi yang dilakukan akibat ketidaktahuan mereka. Kedewasaan mereka dipaksa tumbuh oleh tontonan-tontonan porno bukan tumbuh secara bertahap dengan informasi yang benar.
Survei dilakukan Brook, lembaga amal terbesar untuk kesehatan seksual masyarakat, terhadap 2.000 anak usia 14-18 tahun. Hasilnya, 47 persen murid menilai pendidikan seks dan hubungan lawan jenis tidak memenuhi rasa keingintahuan mereka.
Survei menemukan kurangnya pendidikan seks di sekolah dan rumah. Sebanyak 81 persen remaja mendapatkan informasi seputar seks dari teman dan internet. Hanya enam persen di antara mereka yang mengaku mendapatkan banyak hal dari pendidikan seks di sekolah.
Menurut survei, hal ini terjadi karena kurangnya dukungan atas pendidikan seks dan kurangnya kualitas guru.
"Anak muda memerlukan informasi yang benar tentang seks. Namun, mereka mendapatkan informasi dari sumber-sumber yang belum tentu benar, bukan dari pakarnya. Yang lebih mengkhawatirkan mereka mendapatkan informasi tersebut dari situs porno," ujar Kepala Eksekutif Brook, Jules Hillier.
Survei ini juga menunjukkan beberapa beberapa mitos yang salah dan berkembang di kalangan remaja. Seperti, wanita tidak akan hamil jika pria menarik diri sebelum ejakulasi, wanita tidak akan hamil jika
mereka sedang dalam siklus haid, wanita tidak akan hamil jika mereka melakukan seks dengan posisi berdiri, wanita juga tidak akan hamil jika hubungan intim tersebut adalah yang pertama bagi wanita.
Tak hanya itu, mereka juga salah mendengar dari teman mereka bahwa penularan virus HIV hanya terjadi jika mereka melakukan hubungan seks dengan sesama jenis. "Belajar seks adalah belajar ketrampilan hidup yang krusial. Dengan mebiarkan anak remaja keluar rumah dengan informasi yang salah, maka kita menjerumuskan mereka," ujarnya.
Di Indonesia, pendidikan seks masih dalam batas tabu. Masih banyak orangtua yang tidak nyaman memberikan informasi penting seputar seks. Sekolah pun hanya memberikan informasi sekadarnya karena kurangnya tenaga ahli.
Padahal banyak kasus hamil di luar nikah atau pemerkosaan oleh anak remaja, serta aborsi yang dilakukan akibat ketidaktahuan mereka. Kedewasaan mereka dipaksa tumbuh oleh tontonan-tontonan porno bukan tumbuh secara bertahap dengan informasi yang benar.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar