Di kawasan samudra Arktika, kutub utara, kerusakan atmosfir sudah menjadi sedemikian parah. Baru-baru ini, dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Nature, para peneliti menemukan adanya lubang di lapisan ozon seluas 2 juta kilometer persegi.
Lubang ozon sebesar ini kurang lebih sama besar dengan lubang ozon yang sudah terjadi di kawasan kutub selatan. Adapun di kutub utara, rusaknya lapisan itu berpotensi menghadirkan radiasi ultaviolet berbahaya di negara-negara belahan utara seperti Kanada, Rusia, dan negara-negara Eropa.
Dalam laporannya, peneliti menyebutkan, sekitar 80 persen lapisan ozon yang rusak tersebut berada di 20 kilometer di atas samudera Arktika. Penyebabnya adalah musim dingin yang berkepanjangan yang terjadi di musim dingin lalu.
“Desember hingga April lalu kondisinya dingin terus menerus. Kondisi seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya di kutub utara,” kata Michelle Santee, peneliti dari Jet Propulsion Laboratory NASA, seperti dikutip dari Nature, 17 Oktober 2011. “Perlu penelitian bertahun-tahun untuk mengetahui mengapa ini bisa terjadi,” ucapnya.
Meski demikian, peneliti menyebutkan, pemanasan global diperkirakan memiliki pengaruh penting terhadap kerusakan lapisan ozon tersebut.
“Gas rumah kaca telah mengurung energi di ketinggian rendah, memanaskan atmosfir yang lebih dekat ke darat, namun mendinginkan lapisan stratosfir,” kata Santee. “Ini mengakibatkan munculnya kondisi terbentuknya zat kimia yang bisa memecahkan molekul oksigen milik ozon,” ucapnya.
Lubang ozon sebesar ini kurang lebih sama besar dengan lubang ozon yang sudah terjadi di kawasan kutub selatan. Adapun di kutub utara, rusaknya lapisan itu berpotensi menghadirkan radiasi ultaviolet berbahaya di negara-negara belahan utara seperti Kanada, Rusia, dan negara-negara Eropa.
Dalam laporannya, peneliti menyebutkan, sekitar 80 persen lapisan ozon yang rusak tersebut berada di 20 kilometer di atas samudera Arktika. Penyebabnya adalah musim dingin yang berkepanjangan yang terjadi di musim dingin lalu.
“Desember hingga April lalu kondisinya dingin terus menerus. Kondisi seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya di kutub utara,” kata Michelle Santee, peneliti dari Jet Propulsion Laboratory NASA, seperti dikutip dari Nature, 17 Oktober 2011. “Perlu penelitian bertahun-tahun untuk mengetahui mengapa ini bisa terjadi,” ucapnya.
Meski demikian, peneliti menyebutkan, pemanasan global diperkirakan memiliki pengaruh penting terhadap kerusakan lapisan ozon tersebut.
“Gas rumah kaca telah mengurung energi di ketinggian rendah, memanaskan atmosfir yang lebih dekat ke darat, namun mendinginkan lapisan stratosfir,” kata Santee. “Ini mengakibatkan munculnya kondisi terbentuknya zat kimia yang bisa memecahkan molekul oksigen milik ozon,” ucapnya.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar